• Thu. Jan 23rd, 2025

Selamat dari Pagebluk Virus Corona, Suratmin dan Tumiyem Warga Gesikan Gelar Pengajian Bersama Mbah Cokro Gondrong

ByPaidi Joglopos

Sep 29, 2024
Share :
Mbah Cokro Gondrong (Berdiri Kiri) saat memimpin prosesi mengeluarkan nadzar yang dilakukan Suratmin dan Tumiyem dengan melepas selongsong ketupat yang terbuat dari janur daun pohon kelapa agar kembali seperti semula pada pengajian yang diadakan di Dukuh Gesikan, Desa Gesikan, Sabtu malam, 28 September 2024.

KLATEN – Setelah selamat dari pagebluk virus corona atau Covid-19, pasangan suami isteri, Suratmin dan Tumiyem, warga Dukuh Gesikan, Desa Gesikan, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten mengelar pengajian akbar bersama KRHT Kyai Cokro Wongso Nurjati yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Cokro Gondrong yang diadakan di Dukuh Gesikan, Desa Gesikan, Sabtu malam, 28 September 2024.

Mbah Cokro Gondrong merupakan pengasuh Padepokan Linglung Miftahul Rahma Tegalsari, Kabupaten Sukoharjo. Mbah Cokro Gondrong juga sering mengisi pengajian yang diadakan di Ranting Nahdlatul Ulama (NU) yang ada di Kecamatan Gantiwarno, juga sering memberikan mauidhoh khasanah pada pengajian yang diadakan oleh Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Gantiwarno.

Pengajian tersebut turut dihadiri Camat Gantiwarno Hj V Retno Setyaningsih, MMR yang diwakili Kasi Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kecamatan Gantiwarno, Wakil Rois Syuriah MWC NU Kecamatan Gantiwarno, Kyai Ahmad Sunardi dan Ustadz Rudy Mulyadi. Kemudian juga hadir Kepala Desa Gesikan, Rakata Sinus Ika, Ketua Ranting NU Desa Gesikan, Jumiranto dan dihadiri hampir seribu umat Islam dari Desa Gesikan dan sekitarnya.

Bertindak selaku pembawa acara alias MC pada pengajian akbar tersebut, Kyai Sumarno. Pengajian juga mengambil tema Guyub Rukun Agawe Santoso, Congkrah Agawe Bubrah, Salam Paseduluran Saklawawe. Setelah pembukaan, pengajian diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin Sersan Kepala (Serka) Suwandi dari Koramil 10 Gantiwarno.

Kemudian pembacaan ayat suci Al Quran oleh Al Fatah dan saritilawah oleh Nur Atikasari, dan hafalan Surat Al Mulk oleh santri Mushola Al Ikhlas Desa Gesikan. Selanjutnya dzikir tahlil yang dipimpin Wakil Rois Syuriah MWC NU Gantiwarno, Ustadz Rudy Mulyadi.

Kepala Desa Gesikan, Rakata Sinus Ika dalam sambutannya mengucapkan selamat atas terselenggaranya pengajian akbar bersama Mbah Cokro Gondrong yang diadakan keluarga Suratmin dan Tumiyem untuk melaksanakan nadzar jika selamat dari bencana virus corona menggelar pengajian.

“Bapak Suratmin dan Ibu Tumiyem mengucapkan terimakasih kepada sanak saudara, tetangga dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya pengajian. Semoga dengan pengajian ini semua warga Gesikan hajatnya dikabulkan Allah SWT, dijauhkan dari penyakit dan senantiasa dalam keberkahan,” kata Kades Gesikan, Rakata Sinus Ika.

Mbah Cokro Gondrong sampai di lokasi pengajian sekitar pukul 22.00 WIB. Sebelum menyampaikan mauidhoh khasanah, Mbah Cokro Gondrong memanggil keluarga yang punya hajat, Suratmin dan Tumiyem untuk naik ke panggung.

Sembari membawa uborampe atau perlengkapan berupa beras kuning dan kupat yang ditaruh di piring, Mbah Cokro Gondrong dengan disaksikan para jamaah pengajian mengatakan, bahwa nadzar Suratmin dan Tumiyem menggelar pengajian bersama dirinya setelah selamat dari virus corona sudah dilaksanakan dengan menarik kupat yang terbuat dari janur itu lepas karena Allah SWT. Lalu beras kuning dan janur disebar kepada jamaah.

Dalam mauidhoh khasanah, Mbah Cokro Gondrong menjelaskan, bahwa nadzar seperti yang dilakukan Suratmin dan Tumiyem ini sangat luar biasa karena setelah selamat dari bencana penyakit yang mematikan berupa covid-19 mengadakan pengajian yang diikuti ratusan jamaah. “Inilah Islam yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW dan dikenalkan Sunan Kalijaga. Dakwah dengan merangkul bukan dengan memukul. Dakwah dengan tradisi masyarakat Jawa. Karena sebelum Islam datang ke tanah Jawa, sebelumnya ada ajaran Agama Hindu dan Budha. Maka saat mendakwahkan Islam  dengan menggunakan pendekatan tradisi dan budaya masyarakat Jawa,” kata Mbah Cokro Gondrong. Ibarat pematah orang Jawa, “Mancing oleh iwake ora buket banyune.” Artinya saat memancing dapat ikannya tapi airnya tetap jernih. “Itulah dakwah Walisongo sehingga Islam tetap berkembang sampai sekarang,” kata Mbah Cokro Gondrong seraya mengajak umat Islam untuk rajin sedekah. Acara pengajian ditutup dengan pembacaan doa dan sholawat mahalul qiyam. Acara pengajian bersama Mbah Cokro Gondrong yang diadakan kelaurga Suratmin dan Tumiyem juga dimeriahkan hadroh Al Fatah dari Prambanan, Klaten selesai Minggu dinihari, 29 September 2024 sekira pukul 00.30 WIB. (Paidi)

 

Kirim berita :
Hubungi Redaksi ?
Hallo, Selamat datang di Redaksi Joglo Pos !
Ada berita yang ingin disampaikan ?
Silahkan ditulis lengkap kejadian peristiwa beserta fotonya !