JATINOM – Warga Dukuh Dukuh, Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Klaten ‘menyegel’ tower milik Indosat, Minggu pagi (24/8/2025). Penyegelan tower Indosat tersebut lantaran warga sudah tak mau lagi ada tower, apalagi pihak manajemen tower menurut warga sudah mengingkari kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Koordinator aksi, Nanang Nuryanto, SE menyampaikan selain menyegel tower, pihaknya bersama warga juga membacakan pernyataan sikap, yang intinya warga tetap sepakat bulat supaya dinas yang berwenang membongkar keberadaan tower tersebut.

“Intinya bukan masalah kesepakatan lagi, warga sudah tak ingin lagi keberadaan tower Indosat tersebut. Hal itu disebabkan pihak manajemen tower yang diwakili PT Harapan Utama Prima sudah sama sekali tidak ada itikad baik, terkait ganti rugi barang elektronik warga yang terkena petir beberapa waktu lalu.” ujar Nanang.
Nanang mengisahkan, pada Tanggal 5 Agustus lalu, pihak PT Harapan Utama Prima yang di wakili Whindhi Artsoko telah menandatangani surat pernyataan jika pihaknya akan mengganti rugi kerusakan barang elektronik milik warga yang terkenan radiasi dan terkena sambaran petir pada 2 Agustus lalu.

Namun hingga batas akhir kesepakatan, atau satu minggu, pihak Whindhi tak ada komunikasi, bahkan tak ada kejelasan lagi. Hingga akhirnya warga RT 09 dan 10, RW 4 Dukuh Dukuh, Desa Bonyokan melaksanakan poin nomor 5 pada surat penyataan. Namun pada poin ke-5, jika pihak PT Harapan Utama Prima belum memberi ganti rugi kepada warga, maka Whindhi mempersilahkan warga untuk menyegel tower dan menyetop operasionalnya.
Aksi penyegelan tower juga mendapat dukungan dari Kepala Desa (Kades) Bonyokan, H Surono.
Ia menyerahkan sepenuhnya keputusannya bagaimana. “Jika harus menye gel, ya silahkan saya juga mendukung warga kok.

Camat Jatinom, Agus Sunyata juga mendukung aksi warga. Ia akan segera berkoordinasi dengan dinas yang ber wenang. “Kami mendukung aksi ini, karena, walau bagaimanapun, suara warga ada lah yang terpenting bagi kami,” tutur Camat Jatinom tersebut.
Usai pembacaan sikap, maka warga bersama-sama juga menggelar treat rikal dengan merobohkan miniatur tower setinggi sekitar 3,5 meter, yang ter buat dari bambu sebagai simbol warga sudah tidak menginginkan keberadaan tower tersbut di dukuh mereka. (bud)