JATINOM- Rumah bagian belakang milik Dwi Pandmini (60), warga Rt 07/Rw 02 Dukuh krajan, Desa Krajan, Kecamatan Jatinom mendadak roboh pada Rabu pagi (11/9/2024) sekitar pukul 07.15 WIB. Padahal saat itu tidak ada hujan maupun angin.
Beruntung saat hendak roboh, pemilik rumah yang sebelumnya memasak di rumah belakang tersebut langsung lari ke rumah depan. “Memang rumah belakang ini fungsinya untuk dapur, saat saya memasak, tiba-tiba terdengar suara ‘kretek-kretek’ dari genting, suaranya semakin keras, begitu ada genting yang rontok dan jatuh, saya langsung lari ke rumah depan. Dan sesaat kemudian terdengar suara Bruuuk, saat itu yang kelihatan hanya debu yang menyelimuti, dan ternyata rumahnya roboh. Kaki saya langsung lemas,” kisah Dwi Padmini kepada Joglo Pos Rabu siang (11/9/2024).
Sesaat kemudian, banyak warga yang mendatangi rumah Dwi Padmini untuk melihat kondisinya, setelah warga mengetahui Dwi Padmini dan anak bungsunya tidak apa-apa, warga kemudian mengevakuasi barang-barang yang tertimpa reruntuhan rumah belakang.
Dwi Padmini menempati rumah warisan almarhum orang tua suaminya tersebut sejak 3 tahun lalu, sebelumnya Dwi Padmini bersaama anak bungsunya yang mengalami disabiliitas tinggal di rumah kontrakan di Klaten Selatan. “Saya tinggal disini bersama anak nomor tiga saya sudah 3 tahun ini, suami saya juga sudah meninggal, sedangkan anak pertama dan anak ke-dua tinggal di Jakarta,” jelas Dwi Padmini.
Rabu siang, bantuan logistik datang dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten. “Alhamdulillah ini bantuan logistik dariBPBD Klaten sudah tiba. Dan besuk, Kamis (12/9/2024) akan dilaksanakan gotong-royong warga membersihkan puing-puing reruntuhan,” kata SekretarisDesa (Sekdes) Krajan, Tri Widodo, Rabu siang.
Masih menurut Tri Widodo, rumah yang ditempati oleh Ny Dwi Padmini memang tergolong rumah bangunan lama, sehingga tembok-nya tak mekamai tulang atau besi. “Ada dua bagian rumah yang ditempati Bu Dwi Padmini, bagian depan dan belakang, yang roboh yang bagian belakang. Rumah tersebut memang konstruksinya rumah bangunan lama, jadi temboknya saja tak memakai tulang atau besi, jadi secara kekuatan kurang maksimal,”tandas Tri Widodo.
Apalagi, lanjut Tri Widodo, rumah Bu Dwi Padmini tersebut mengalami retak setelah adanya Gempa 5,8 Magnitudo di Gunung Kidul pada akhir Agustus lalu. (bud)