JOGONALAN-Puluhan warga asal Desa Karangdukuh, Kecamatan Jogonalan menjalani rawat jalan saat menyantap lontong sayur di acara pengajian yang digelar di kediaman Sarwidi, 55, pada Minggu (18/12) malam.
Mereka mengalami gejala yang sama, yakni merasakan sakit perut, demam, diare dan muntah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten sebanyak 11 orang menjalani perawatan di RSUD Bagas Waras Klaten, delapan orang di Puskesmas Jogonalan 1, dan satu orang di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Pantauan dilapangan, kejadian bermula saat keluarga Sarwidi menggelar arisan keluarga pada Minggu (18/12) siang yang dihadiri 60 orang. Kemudian pada malamnya digelar pengajian rutin dengan mengundang 150 tamu undangan.
Dalam dua acara di hari yang sama itu disajika sejumlah makanan ringan dan lontong sayur. Khusus lontong sayur dimasak oleh keluarga Sarwidi sendiri sejak Minggu (18/12) pagi.
“Memang untuk acara pengajian itu kami sempat membeli di luar sebanyak 25 lontong. Itu bagian dari persiapan jika sewaktu-waktu kurang. Tapi kami juga memasak lontong sendiri sebenarnya,” ucap Sarwidi, Selasa (20/12).
Lebih lanjut, Sarwidi mengungkapkan, lontong yang dibeli di luar itu sudah habis disajikan kepada warga yang menghadiri acara pengajian. Sedangkan lontong buatan sendiri juga masih sisa karena ternyata sudah tercukupi.
Usai acara pengajian itu, ternyata ada yang merasakan warga gejala sakit perut pada tengah malam. Jumlahnya pun semakin bertambah pada Senin (19/12). Hingga akhirnya sempat dilarikan ke Polindes Karangdukuh, Puskesmas Jogonalan 1 dan sejumlah rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
“Saya heran, keluarga saya yang hadir di acara arisan keluarga tidak apa-apa kondisinya. Begitu juga saya sendiri juga menyantap pada acara pengajian juga tidak apa-apa. Padahal menu yang disajikan sama,” ucap Sarwidi.
Usai kejadian itu, pihaknya dihubungi Puskesmas Jogonalan. Terutama untuk mengambil sampel makanan yang disajikan dalam acara pengajian guna dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Dirinya pun berharap agar segera ada titik terang dari kejadian dugaan keracunan tersebut.
“Nyatanya tidak semua warga yang menyantap lontong sayur pada acara pengajian merasakan sakit perut maupun demam. Kemungkinan sesuai daya tahan tubuhnya masing-masing,” ucapnya.
Sementara itu, Subkoordinator Surveylans, Karantina Kesehatan dan Imunisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten Mentes Hartanti memastikan telah mengambil sampel makanan untuk diperiksa di laboratorium milik Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendaliam Penyakit (BBTKLPP) Jogjakarta.
Hal itu untuk memastikan penyebab warga Desa Karangdukuh mengalami sejumlah gejala usai menyantap sajian dalam acara pengajian tersebut.
“Kami terus mengumpulkan data di lapangan untuk mengetahui bagaimana kronologi kejadiannya. Lalu akan kami lakukan penyelidikan epedemiologi. Termasuk melakukan analisis atas gejala-gejala yang dialami para pasien,” ucap Mentes
Lebih lanjut, Mentes mengungkapkan, dibutuhkan waktu selama satu minggu untuk mengetahui hasil pemeriksaan atas sampel makanan tersebut. Mengingat ada sejumlah parameter yang harus dilalui untuk mengetahui kandungan dalam sampel makanan tersebut.
“Soalnya dalam waktu kurang dari enam jam sudah ada warga yang mengalami gejala. Tetapi ada warga yang baru merasakan gejala setelah 12 jam. Ini akan mempengaruhi dalam menarik kesimpulan atas kejadian ini,” ucapnya.