TULUNG – Pemerintah Kecamatan (Pemcam) Tulung, Kabupaten Klaten menggelar Safari Ramadhan 2025 dengan giat tarawih keliling (tarling) putaran ke-4 atau putaran terakhir di Masjis Al Amin Dukuh Krajan, Desa Majegan Selasa malam (25/3/2025).

Tampil sebagai Imam Sholat Isyak dan Tarawih yaitu Badarudin, sedangkan kultum disampaikan oleh pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Cabang Tulung, Drs H Samiyono. Hadir dalam tarling tersebut jajaran Forkopimcam Tulung, seluruh Kepala Desa (Kades) di wilayah Tulung, tokoh dari semua Organisasi Masyarakat (Ormas) se-Kecamatan Tulung serta jamaah warga setempat.
Camat Tulung, Hendri Pamukas menyampaikan tarling di Masjid Al Amin Desa Majegan tersebut merupakan putaran ke-4 atau putaran terakhir yang diselenggarakan oleh Pemcam Tulung. “Ini putaran ke-4 atau yang terakhir, dimana tarling putaran 1 di Gedung IPHI Tulung, putaran 2 dilaksanakan di Masjid Mjahidin Dukuh Tegal Srimulyo Desa Tulung, putaran ke-3 di Desa Beji dan putaran ke-4 atau terakir di Masjid Al Amin Dukuh Krajan, Desa Majegan ini,” tutur Camat Hendri.
Tarling ini digelar dengan tujuan yaitu mempererat tali silaturahmim antara jajaran Forkopimcam Tulung dengan masyarakat, selain itu juga sebagai wadah mempererat kerukunan lintas Ormas yang ada di Kecamatan Tulung. “Dalam setiap tarling, kita undang semua pengurus Ormas yang ada di Kecamatan Tulung ini, seperti dari NU, Muhammadiyah, LDII, MTA, FPI dan dari FUI,” jelas Camat Hendri Pamukas.

Di penghujung acara, Pemcam Tulung menyerahkan santunan paket sembako dan sejumlah uang kepada takmir masjid yang diwakili Kades Majegan, H Widada serta kepada warga ataua kaum dhuafa serta yatim yang sudah ditunjuk sebelumnya untuk menerima santunan.
Sementara itu, salah seorang pengurus Masjid Al Amin, H Sutikno mengatakan Masjid Al Amin dulu merupakan mushola yang dibangun dari tanah wakaf seorang warga. Mushola awalmya dibangun sekitar Tahun 1965 dengan bangunan dulunya masih semi permanen. “Kemudian sekitar Tahun 2000, mushola oleh warga dialihfungsikan menjadi masjid, mengingat warga Dukuh Krajan saat itu belum memiliki masjid. Setelah alihgfungsi menjadi masjid, warga kemudian berswadaya untuk merehab,” jelas H Sutikno. (bud)