KEMALANG- Pramuka adalah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat kita. Prmuka yang merupakan akronim dari prajamuda karana ini merupakan salah satu organisasi di Indonesia.
Organisasi ini terdari dari pelajar maupun masyarakat umum bisa menjadi anggotanya. Semua pelajar yang ada di lembaga pendidikan formal di Indonesia dari SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/sederajat diwajibkan menjadi anggota Pramuka sesuai tingktan yang ada pada organisasi tersebut, Mulai dari pramuka siaga, penggalangn, Penegak dan pandega, dan pembina.
SD Negeri Dompol 2 merupakan sekolah sebagai pangkalan dari Gerakan Pramuka siaga dan penggalang. Kegiatan Pramuka digelar dengan harapan peserta didik bisa mengembangkan semua sikap yang ada pada jati diri Pramuka yaitu : mandiri, kreatif, bersahaja, hemat, gotong royong dan sebagainya.
Sikap kemandirian siswa setelah mengikuti kegiatan Pramuka di pangkalan SDN Dompol 2. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mandiri adalah “berdiri sendiri”. Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar, bersikap, berbangsa maupun bernegara .
Sedangkan menurut Kepala SDN Dompol 2, Ismah Hidayati, kemandirian belajar. “Siswa berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam mengambil berbagai Keputusan,”katanya.
Kemandirian dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran. Kemandirian bukan berarti memisahkan diri dari orang lain. Kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian maka kemandirian dapat dimaknai sebagai sikap bertanggung jawab siswa dalam memutuskan mengambil suatu tindakan secara arif dan bertanggung jawab terhadap hasil perbuatan tersebut. Maka dari itu sikap kemandirian harus ditanamkan pada peserta didik salah, satunya pada kegiatan Pramuka.
“Kegiatan pramuka kami dilaksanakan setiap Sabtu dengan cara bergantian. Sedangkan pembina Pramuka siaga dan penggalangnya adalah semua guru yang mengabdikan diri pada sekolah tersebut. Kami bersatu dan bekerja sama untuk membina kegiatan ekstrakulikuler yang diwajibkan di wilayah kami,”katanya.
Semua materi tentunya sudah disesuaikan dengan usia dan tingkatan pada organisasi tersebut.
Materi pramuka siaga dan penggalang sebagian besar mengarah kemandirian siswa. Sikap kemandiriian ini bisa terbentuk seiring dengan perkembangan ketrampilan siswa. Misalnya pada tingkatan pramuka siaga mula, anggota diharuskan mampu melipat selimut dan merapikan tempat tidur. Kegiatan ini dipraktikkan dengan merapikan tempat tidur di UKS.
Setelah kegiatan tersebut maka pembina meminta bantuan guru kelas untuk memberikan tugas tersebut untuk tugas pagi setelah tidur dan menanyakan setiap pagi apakah mereka melaksanakan tugas merapikan tempat tidurnya sendiri. Ketrampilan lainnya seperti macam-macam simpul bisa membantu siswa mengikat sepatu dan memakainya sendiri. Kemandirian siswa ini akan terus meningkat sesuai perkembangannya. Pada siaga bantu, siswa sudah bisa mencuci pakaian, melipat dan menyimpannya dengan rapi, sudah bisa membersihkan kelas dan sebagainya.
Jadi kegiatan Pramuka ini dapat meningkatkan kemandirian, kreativitas siswa. Selain itu juga dapat mengembangkan fisik, sosial, emosional juga religius pada anggotanya, terutama pada Pramuka siaga yang merupakan fondasi untuk pendidikan selanjutnya.(kry)