KLATEN – Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Klaten menggelar sosialisasi pengawasan Pemilu partisipatif, di salah satu hotel di Klaten, Rabu (16/11/2022).
Kordiv. Pencegahan Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Klaten, Muh. Milkhan mengemukakan, sosialisasi bertema bekal menangkal hoaks dan politisasi SARA dalam Pemilu serentak 2024 tersebut, menghadirkan peserta dari berbagai elemen masyarakat.
Lebih lanjut Muh. Mikhan menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Bawaslu, yakni pengawasan sosialisasi partisipatif. Sebelumnya juga telah diselenggarakan kegiatan sosialisasi untuk kawula muda, terkait meningkatkan pengetahuan mereka tentang pengawasan partisipatif.
“Kita menyasar beberapa lapisan masyarakat. Ini perwakilan dari berbagai macam agama dan teman-teman yang ada di literasi digital Klaten juga. Kita berikan pengetahuan dan bekal dalam menangkal isu-isu hoaks dan isu politisasi sara. Semoga di Klaten, untuk dua hal itu khususnya, dan tentunya juga untuk politik uang bisa lebih diminimalisir atau dihilangan,” kata Muh. Milkhan.
Menurut Muh Milkhan, selama ini hoaks dan isu SARA di Klaten belum terlalu besar. Bawaslu saat ini sedang menyusun indeks kerawanan Pemilu (IKP), koordinasi dengan berbagai macam stakeholder untuk mencari tingkat kerawanan, khususnya terkait hoaks dan isu SARA.
“Hoaks dan politisasi SARA Selama ini memang tidak terlalu besar. Tidak lama lagi nanti kita juga akan ada laucnhing IKP secara nasional. Kita lihat identifikasinya di IKP itu nanti. Klaten kemarin termasuk yang kondusif, kalau dilihat dari IKP sebelumnya. Ini juga menjadi warning bagi kita semua, untuk melakukan perbaikan dari kendala-kendala sebelumnya. Khususnya untuk politik uang, hoaks dan politisasi SARA,” jelas Muh. Milkhan.
Kegiatan sosialisasi pengawasan Pemilu partisipatif tersebut menghadirkan narasumber, Purnawan Kristanto, pegiat media sosial di Klaten, dan Agus Wedi, redaktur Islam Santun dari UIN Surakarta.
Farida, salah seorang peserta mengeluhkan adanya media yang menulis tidak sesuai dengan fakta, dan seolah sudah dikoordinir. Menanggapi hal ini, Purnawan Kristanto menyarankan agar masyarakat tidak mudah percaya dengan satu sumber informasi saja. Melainkan, perlu mencari pembanding minimal dua sumber informasi lainya. “Pakai strategi 3 kaki. Kalau ada informasi yang meragukan, cari sumber informasi yang lain lagi,” kata Purnawan Kristanto.