KARANGNONGKO-Sebanyak 40 buruh tani tembakau dan buruh pabrik rokok korban PHK mengikuti pelatihan membuat makanan olahan.
Pelatihan ketrampilan diselenggarakan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Klaten dibiayai dengan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun 2025.
Pelatihan tersebut diselenggarakan bekerja sama dengan LPK Yurina Erbe Barokah di Dukuh Potro, Desa Kadilajo, Kecamatan Karangnongko, Klaten.
”Ada 40 peserta yang mengikuti pelatihan makanan olahan, mulai dari membuat jajan pasar seperti kue lumpur, semar mendem, juga sampai aneka roti,” kata Fitra, instruktur sekaligus admin LPK Yurina.
Kegiatan itu berlangsung selama 10 hari kerja, mulai 27 Mei hingga 10 Juni 2025. Untuk tanggal merah dan Minggu, mereka libur.
”Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan, mereka begitu bersemangat. Ramai, kalau waktu istirahat mereka bisa nyanyo karena disediakan alatnya,” ujar Fitra.
Selama 10 pertemuan, peserta diajarkan membuat 31 jenis jajanan pasar tradisional hingga yang kekinian, juga roti-roti yang banyak digemari masyarakat.
”Setiap hari, membuat 3 jenis makanan. Misal membuat adonan roti bisa dibuat roti O, roti krumpul dan donat kukus, karena adonan intinya sama,” imbuh Fitra.
Pelatihan tersebut dibiayai dari Disperinaker yang anggarannya dari DBHCHT tajun 2025. Setelah mengikuti pelatihan, peserta mendapatkan sertifikat dari LPK.
Salah satu peserta, Tri Sudarwati (36) buruh taji tembakau dari Kecamatan Trucuk, Klaten mengaku senang bisa mengikuti pelatihan.
Bila musim tembakau, dia bekerja sebagai buruh di tempat pengasapan tembakau. Tugasnya merangkai daun tembakau dengan batang batang bambu seperti sate, sebelum dioven atau dijemur.
”Saya tahu ada pelatihan ini dari instagram. Kalau musim tembakau, saya kerja buruh tani, nyunduki daun tembakau yang mau dioven. Dari kecil diajari, ayah juga petani tembakau,” kata Tri Sudarwati.
Di tempat pengasapan tembakau, dia menerima upah Rp 40 ribu setiap 200 kg daun tembakau. Prosesnya membutuhkan waktu 3 sampai 4 jam.
”Kerja di tembakau bisa dapat Rp 120 ribu sehari. Kalau pas tidak musim tembakau saya ada usaha kecil-kecilan bikin makanan, juga terima pesanan nasi kotak dibantu kakak,” ujar dia.
Dia antusias ikut pelatihan untuk menambah pengalaman, sehingga jenis makanan yang bisa dibuat semakin bervariasi.
”Dari pelatihan ini, saya bisa membuat pie susu, roti manis, nagasari, putu ayu, dan masih banyak lagi. Bisa untuk tambah penghasilan selain jadi buruh tembakau,” imbuh dia.
Kepala.Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Klaten Lusiana Rina Damayanti mengatakan, tahun ini ada dua pelatihan ketrampilan dengan biaya total Rp 1,07 miliar dari DBHCHT.
Pelatihan digelar untuk buruh tani tembakau, dan buruh pabrik rokok korban PHK agar mereka bisa menambah penghasilan keluarga dan mengurangi angka kemiskinan.
Pelatihan olahan makanan bekerja sama dengan LPK Yurina Erbe Barokah diikuti 40 peserta dan berlangsung selama 10 hari, mulai 27 Mei hingga 10 Juni 2025.
”Setelah lulus, peserta akan mendapat ketrampilan dan sertifikat, serta akan mendapatkan bantuan alat untuk usaha.