• Mon. Apr 21st, 2025

Joglo Pos

Koran Umum Sahabat Masyarakat Klaten

H. Moch.Isnaeni : Puasa Disyariatkan Semua Agama Untuk Mendekatkan diri Kepada Tuhan Yang Maha Esa

ByJoglopos

Apr 2, 2025
Share :

KLATEN — Sekertaris Dai Kamtibmas Polres Klaten yang juga sebagai Sekertaris Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB ) Kabupaten Klaten H. Moch.Isnaeni mengatakan bahwa syariat Puasa adalah ajaran dari seluruh agama yang pernah ada di bumi.

Hal itu disampaikan Moch.Isnaeni saat menyampaikan materi khutbah dihadapan ribuan jamaah sholat Idul Fitri 1446 H/2025 M Pimpinan Cabang Muhammadiyah ( PCM ) Karangnongko di lapangan KONI Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten, Senin ( 31/3/2025 ).

Menurut Moch.Isnaeni syariat puasa dalam Islam sudah ada sejak Islam berdiri dan telah ditegaskan di dalam Alquran bahwa puasa diwajibkan bagi orang-orang yang beriman dan puasa itu telah pula diperintahkan kepada orang – orang atau agama – agama sebelum Islam lahir.

“Allah memerintahkan agama-agama sebelumnya seperti Yahudi dan Nasrani untuk berpuasa juga. Dan dalam setiap agama mereka memiliki puasanya masing-masing.: katanya.

Dijelaskan puasa atau Ta’anit dalam agama Yahudi dibagi menjadi dua, yaitu pada hari besar, Yom Kippur dan Tisha B’av, juga pada hari kecil, misalnya puasa Esther dan puasa Gedhalia. Pada saat puasa, mereka tidak diperkenankan untuk makan dan minum, berhubungan seks, mengenakan sepatu kulit, dan khusus pada hari Yom Kippur, umat Yahudi tidak diperkenankan untuk menggosok gigi. Kecuali pada saat Yom Kippur, puasa tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Sehingga, apabila puasa selain puasa Yom Kippur jatuh para hari Sabat, para Rabbi akan memutuskan hari pengganti untuk berpuasa.

“Dalam agama Katolik, masa puasa pra-Paskah berlangsung selama 40 hari, dihitung dari hari Rabu Abu hingga Jumat Agung. Umat Katolik mengenal istilah berpantang dan berpuasa. Berpuasa wajib bagi mereka yang sudah berusia 18 tahun. Saat berpuasa, mereka hanya diizinkan untuk makan kenyang sekali saja dalam sehari. Sementara itu, berpantang wajib untuk mereka yang berusia 14 tahun ke atas. Berpantang dilakukan dengan cara menghindari diri dari melakukan hal-hal yang disukainya, misal makan daging, garam, atau merokok. Berpuasa dan berpantang merupakan cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan menyatukan pengorbanan umat Katolik dengan pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Adapun macam-macam puasa dalam Perjanjian Lama yaitu; Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28), Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Sam 12:16), Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raj 19:8), Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Est 4:16) dan Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (2:13),” ungkapnya.

Sementara dalam ajaran agama Kristen syariat puasa hampir sama dengan pemahaman di agama Katholik dan berusaha memberi makna yang lebih mendasar sehingga puasa dalam arti mencegah kata seorang Pendeta Kristen di Klaten Harno Sakino yaitu mencegah dan menghindari kebencian, kemarahan, ketidak jujuran, kerakusan, dan permusuhan.

“Oleh karena itu pemahaman tentang ibadah puasa itu sebaliknya harus mengembangkan dan menumbuhkan cinta kasih kepada sesama” katanya.

Dikatakan juga bahwa teman-teman yang beragama Buddha terdapat pada biksu yaitu puasa Mahayana. Dalam agama Buddha, puasa disebut sebagai Uposatha. Hidup biksu sangatlah teratur, puasa Mahayana termasuk dalam bagian meditasi dari mereka. Pada saat Sidharta Gautama sedang bertapa di bukit, ada dewa yang merasa kasihan kepada Sidharta Gautama karena Sidharta Gautama sendiri telah bertapa sangat lama dan itu membuat badannya kurus kering, lalu dewa tersebut berubah sosok menjadi kelinci dan dewa yang berubah menjadi kelinci tersebut loncat ke dalam api unggun, dewa tersebut berharap Sidharta Gautama memakan kelinci tersebut, namun bukannya dimakan kelinci tersebut justru Sidharta Gautama merasa kasihan kepada kelinci tersebut. Dan dari situlah ia berjanji untuk puasa karnivora begitu juga diikuti oleh para pengikutnya.

“Puasa dalam ajaran Hindu disebut juga dengan Upawasa. Upawasa ada yang wajib dilaksanakan dan ada juga yang tidak. Upawasa wajib misalnya adalah Upawasa Siwaratri umat Hindu tidak boleh makan dan minum mulai dari matahari terbit hingga terbenam.
Kemudian puasa Nyepi, yang dilakukan dengan cara tidak makan dan minum sejak fajar hingga fajar keesokan harinya. Puasa lain yang dianggap wajib adalah puasa untuk menebus dosa yang dilakukan selama tiga hari, puasa tilem, dan purnama.” ungkapnya.

Itulah sebabnya ajaran puasa menjadi media dan sarana untuk mendekatkan diri pelakunya kepada Tuhan Yang Maha Esa setiap agama.

“Islam mengajarkan puasa sebagai sarana untuk mencapai predikat taqwa bagi orang-orang yang beriman yang menjalaninya” pungkasnya. ( Moch.Isnaeni ).

Kirim berita :
Hubungi Redaksi ?
Hallo, Selamat datang di Redaksi Joglo Pos !
Ada berita yang ingin disampaikan ?
Silahkan ditulis lengkap kejadian peristiwa beserta fotonya !
Menerima update berita ? OK No thanks