JAKARTA — Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama ( PKUB ) DR. Muhammad Adib Abdushomad mengatakan bahwa menjaga kelestarian alam dan lingkungan dalam konsep Eko-theologi Islam merupakan teologi (ajaran agama) yang membahas mengenai koservasi alam dan lingkungan berdasarkan ajaran Islam untuk kemaslahatan umat.
Hal itu disampaikan Adib Abdushomad saat menyampaikan paparannya pada acara diskusi menjelang buka puasa Akhir Ramadhan dengan tajuk *Re-Orientasi Tafsir Feminim dan Eko-Theologi Untuk Kemaslahatan Umat* kerjasama Pesantren MGC dan PKUB Kementerian Agama RI via Zoom, Jumat ( 28/3/2025 ).
Menurut Adib Abdushomad dalam Islam, eko-theologi merupakan ajaran mendasar, karena termasuk dalam ranah aqidah. Oleh karenanya, tidak ada dikotomi atau pemisahan antara aspek alam yang merupakan bagian dari aspek duniawi dengan aspek ukhrawi.
“Dalam upaya untuk menjaga kelestarian alam, Allah mempercayakan manusia untuk menjalankan misi ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 30, tugas mulia tersebut ialah sebagai khalifah fil ardh. Tugas yang teramat berat ini diberikan oleh Allah sebagai bagian dari implementasi hablum minallah dan hablum minannas manusia” katanya..
Menurutnya dalam keterkaitannya dengan Allah, menjaga kelestarian alam untuk keberlangsungan kehidupan di bumi merupakan salah satu ibadah dan sebagai sarana untuk mentadabburi ayat-ayat kauniyah-Nya. Sedangkan dalam keterkaitan dengan hablum minannas, bermakna bahwa manusia tidak hanya berkewajiban menjaga hubungan antar sesama; tetapi juga menjaga kelestarian alam dan seluruh makhluk hidup sebagai bagian dari menjaga ekosistem kehidupan di bumi.
“Dewasa ini kita melihat berbagai peristiwa yang terjadi antara manusia dengan alam sungguh sangat miris dan memprihatinkan. Berbagai kerusakan alam yang terjadi, justru disebabkan oleh perangai manusia.” ujarnya.
Bahkan Adib Abdushomad mengatakan berkembang pesatnya teknologi, semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, tidak lantas menghilangkan sikap primitif manusia yang bersikap acuh tak acuh dan rakus. Hal ini menimbulkan berbagai tindakan eksploitasi terhadap alam, seperti penggundulan hutan, penebangan liar, penangkapan satwa langka, pencemaran tanah; air; maupun udara, hingga pembukaan lahan hutan yang tidak sesuai prosedur undang-undang.
“If we live in the environments, that are green and leafy we are healthier and happier. Lets go green and promoting eco-theology. Alhamdulillah alaa kulli nikmatillah” kata Adib Abdushomad.
Sementara itu Nara Sumber dalam diskusi ini Prof.Dr.Hj. Nur Arfiyah Febriani, MA dari PTIQ Jakarta mengatakan bahwa menurut salah satu ulama’ terkemuka, Badiuzzaman Said Nursi, akar permasalahan dari rusaknya lingkungan ialah worldview atau cara pandang manusia yang bermasalah.
“Saat ini, banyak manusia yang hanya mengartikan alam sebagai isim atau sekedar benda mati. Cara pandang yang demikian berakibat pada sikap manusia yang tidak memiliki simpati dan empati terhadap alam, dan menjadikan manusia melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber kekayaan alam.” katanya.
Menurutnya dalam memahami alam, Said Nursi menganalogikan alam sebagai hurf, yakni sesuatu yang hanya akan bermakna apabila disandingkan dengan sesuatu yang lain. Maknanya, alam tidak akan bermakna jika tidak dikaitkan dengan Sang Pencipta, yakni Allah SWT.
“Fakta Kerusakan Alam
baru-baru ini sebagaimana dilansir PBB menyampaikan hasil laporan kelompok kerja Ilmuwan IPCC beberapa waktu yang lalu bahwa para Ilmuwan IPCC atau Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim memberi peringatan berupa “Kode Merah bagi Umat Manusia.”
“Menurut prediksi IPCC, pemanasan global yang menjadi penyebab dari beberapa bencana ekstrim di berbagai wilayah di dunia, dalam 20 tahun ke depan beresiko tidak akan dapat dikendalikan lagi” katanya.
Dijelaskan bahwa dari analisis dan penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 14 ribu studi menyatakan bahwa penyebab kenaikan suhu bumi sebesar 1.1˚ C, merupakan akibat dari pembakaran bahan bakar yang bersumber dari fosil.
“Salah satunya ialah batu bara yang digunakan dalam industri pembangkit listrik” ujarnya.
( Moch.Isnaeni )