• Tue. Apr 22nd, 2025

Joglo Pos

Koran Umum Sahabat Masyarakat Klaten

Prof. Imam Yahya : Puasa Ramadhan Momentum Penting Laksanakan Praktik Toleransi

ByJoglopos

Mar 2, 2025
Share :

SEMARANG — Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB ) Provinsi Jawa Tengah Prof. Imam Yahya mengatakan bahwa momentum Puasa Ramadhan melatih diri secara pribadi maupun kelompok untuk berbuat toleransi dan saling menghargai satu dengan lainnya.

Hal itu disampaikan Imam Yahya dalam pesannya sehubungan dengan datangnya bulan suci Ramadhan 1446 H/2025 M di Semarang Sabtu ( 1/3/2025 ).

Menurutnya dalam ibadah puasa, terkandung kewajiban asasi manusia. Bagi yang melakukan puasa, ibadah ini adalah bentuk syukur dan terimakasih kepada Allah SWT yang memberikan kepadanya berupa hak hidup, tumbuh, dan berkembang di dunia.

“Sepatutnya ketika Tuhan Yang Maha Pencipta memerintahkan puasa, maka makhluk yang baik menuruti perintah-Nya. Hak asasi manusia untuk sementara waktu dikalahkan karena ada kewajiban asasi yang harus dijalankan” katanya.” katanya.

Begitu pula kata Imam Yahya manusia pada umumnya, di saat ada saudara, kerabat, tetangga, sahabat dan handai taulannya menjalankan puasa, mereka hendaknya tidak egois menuruti hak asasinya. Kepada mereka dibagikan pengalaman bahwa untuk mewujudkan harmoni kehidupan bermasyarakat dan bersosial dalam ruang waktu tertentu, mereka harus mengesampingkan tuntutan hak asasi manusia dan lebih mengutamakan kewajiban asasi manusia, yakni saling menghormati dan bertoleransi bersama-sama dengan ummat Islam yang sedang menjalankan puasa.

“Puasa digariskan Tuhan bukan untuk memisahkan dan mempolarasi antara mereka yang berpuasa dengan yang tidak berpuasa. Puasa justru dapat dijadikan pembelajaran bagi tiap-tiap umat manusia di muka bumi bahwa antara hak asasi manusia dan kewajiban asasi manusia harus berjalan beriringan untuk wahana latihan menciptakan harmoni kehidupan dan perdamaian.” katanya

Dikatakan manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dengan saling menghormati hak asasi masing-masing dan memenuhi kewajiban asasi antar pribadi dan kelompok masing-masing.

“Puasa secara totalitas bertujuan melatih orang untuk menahan hawa nafsu. Seseorang berpuasa pada tahap awal berlatih menahan lapar, dahaga, dan hasrat seksual. Kemudian orang yang puasa diharapkan dapat menjaga dan mengendalikan panca indra dan semua anggota badannya” kata Imam Yahya.

Sebagai puncaknya kata Imam Yahya diharapkan setiap orang mampu mempuasakan hatinya. Sebab, hati memiliki fungsi sentral dapat menggerakkan panca indra dan anggota tubuh manusia untuk melakukan dorongan dan kemauan hatinya.

“Dengan kata lain jika seseorang telah berhasil mempuasakan hatinya diharapkan secara totalitas manusia terhidar dari sikap, pikiran, dan tindakan yang tercela.” katanya.

Dijelaskan Prof Imam Yahya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 183 disebutkan bahwa puasa itu juga diwajibkan kepada orang-orang sebelumnya.

“Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dan tafsir At-Tobari disebutkan bahwa puasa dalam agama Nasrani (Kristen) awalnya diwajibkan selama 40 hari, juga umat Yahudi yang berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) sebagai bentuk syukur atas selamatnya Nabi Musa dari Firaun. Jadi puasa bukan barang baru dalam agama agama sebelumnya, maka wajar kalo momentum puasa Ramadlon ini, menjadi tonggak untuk mengembangkan toleransi di antara umat beragama di Indoesia.” pungkasnya. ( Moch.Isnaeni )

Kirim berita :
Hubungi Redaksi ?
Hallo, Selamat datang di Redaksi Joglo Pos !
Ada berita yang ingin disampaikan ?
Silahkan ditulis lengkap kejadian peristiwa beserta fotonya !
Menerima update berita ? OK No thanks