JUWIRING-DESTANA(Desa Tangguh Bencana) adalah sebuah konsep yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk membantu desa-desa yang rentan terhadap bencana alam. Konsep ini bertujuan untuk membangun desa-desa yang memiliki kemampuan dan kesiapan dalam menghadapi bencana alam yang dapat terjadi kapan saja.
Destana merupakan program yang diluncurkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2011. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam menghadapi bencana alam, baik secara preventif maupun responsif. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk menciptakan desa yang mandiri dan mampu mengurangi risiko bencana dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada.
Camat Juwiring, Nindyarini Budi Wardhani, mengatakan salah satu aspek penting dalam Destana adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam konsep ini, masyarakat desa diikutsertakan secara aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program. “Mereka juga dilatih untuk mengenali risiko bencana yang ada di desa mereka dan bagaimana cara menghadapinya. Selain itu, masyarakat juga dilatih untuk membuat rencana tanggap darurat dan mengorganisir diri dalam situasi bencana,”katanya.
Selain melibatkan masyarakat, lanjut Nindya, program ini juga bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi dalam menghadapi bencana alam.
Dia mengatakan, pihaknya telah memetakan potensi kerawanan bencana alam. Di antaranya banjir di dataran rendah dan bantaran sungai, serta tanah longsor di dataran tinggi.
Pemetaan itu guna pencegahan terjadinya bencana. Selain itu menguatkan daya mitigasi masyarakat.
“Kita informasikan kondisi cuaca dan juga peningkatan sarana dan prasarana,” ujarnya.
Menurutnya, dalam hal ini BPBD Klaten menjadi supporting atau pendamping. Sehingga sampai saat ini koordinasi terus dilakukan.
“Kalau anggaran sudah pasti kita siapkan, tapi sifatnya supporting, seperti untuk bantuan logistik maupun sarana prasarana,” lanjutnya.
Selain itu, relawan-relawan jaringan sudah lebih siap menghadapi potensi kerawanan bencana. Mereka sudah dibekali ilmu dan kemampuan, sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Nindya juga menambahkan, masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana telah lebih siap menghadapi situasi yang akan terjadi.
“Kalau misal terjadi bencana, masyarakat sudah lebih siap,” paparnya.